Wednesday, July 28, 2010

Sepi..

Ya, beberapa hari ini suasana di rumah ini begitu hangat dengan kedatangan Bapak dohot Omak, juga Namboru dari kampung. Juga atas kedatangan sanak saudara/family sekedar bersua dengan orangtuaku itu. Di peradaban dan budaya Batak memang hal ini sangat lumrah dilakukan, generasi anak akan mendatangi dan berkumpul dengan orang tua.

Setelah beberapa hari rumah ini selalu rame, sore ini rumah ini akan terasa sepi. Amang dohot Inang dohot Namboru tadi sore berangkat dari Gambir marhuta sada ke Malang. Tanteku jauh-jauh hari sudah merencanakan ini dan mengundang mereka ber-3 untuk jalan-jalan (tamasya) bersama ke Bali.

Tentunya kami anak-anaknya menyambut gembira ajakan Tante ini, karena artinya Natua-tuai tidak perlu menunggu kami untuk mengajaknya jalan-jalan ke tempat yang sering mereka dengar dari orang-orang. Aku sebenarnya pengen membawa mereka jalan-jalan Bali, tapi sepertinya kondisiku belum benar-benar memungkinkan untuk merealisasikan hal itu, mereka harus menunggu lagi kesempatan itu bila datang dari aku.

Aku tidak bisa (tidak bisa apa tidak niat ya….?), karena memang kesibukan kerja untuk mengantar mereka ke Gambir. Tapi sore ini istriku dengan semangatnya mengantar mereka naik taksi.

Ini adalah tulisan emosionalku yang pertama di blog ini. Ketika aku mendengar lagu Batak “Uju Dingolukkon Ma Nian”, aku makin sadar bahwa kita harus lebih sayang sama orang tua di saat mereka masih ada diantara kita, disaat mereka masih hidup. Bahwa anak seharusnya lebih menghargai hidup daripada menangisi kedukaan.

Sebenarnya lagu ini sudah beberapa kali aku dengar di acara pesta adat pernikahan Batak yang aku hadiri, tapi baru beberapa hari belakangan ini musik dan lirik bisa nyaman di telingaku. Liriknya pendek tapi bermakna sangat bijaksana dan dalam. Musiknya juga tidak terlalu rumit.

Tentu tidaklah sulit untuk mencari dan mendapatkan copy-an lagu itu di internet. Dengan mengetik beberapa kata atau clue googling aku menemukan beberapa lagu. Aku unduh dan kudengar dengan perasaan.

Uju Dingolukkon Ma Nian

Hamu anakkonhu,
Tampuk ni pusu-pusuki,
Pasabar ma amang, Pasabar ma boru,
Laho pature-ture ahu,

Nunga matua ahu,
Jala sitogu-toguon i,
Sulangan mangan ahu,
Siparidion ahu,
Alani parsahitanonki,

Reff:
So marlapatan
Marende, margondang, marembas hamu,
Molo dung mate ahu,
So marlapatan
Nauli, Nadenggan patupahonmu,
Molo dung mate ahu,

Uju dingolukon ma nian,
Tupa ma bahen angka nadenggan,
Asa tarida sasude,
Holongni rohami namarna tua-tua i

Kesepian juga dirasakan oleh istriku, tadi sore dia menelefon:”Bang, cepat pulang ya. Aku sendirian nih di rumah.

Rumah ini kembali ke warnanya semula “Fade to Black”, hanya kami berdua penghuni kapal besar ini, suara pesawat di atas seperti memekakkan telinga.

Setelah delay 45 menit dari jadwal, keretapun berangkat meninggalkan Gambir. Kami hanya berharap mereka bisa menemukan kenyamanan di kota itu dan mereka menikmati perputaran waktu berjalan lebih lambat.

Dan hami anakkon Muna akan menunggu kedatangan Muna kembali ke Jakarta.

0 comments:

Post a Comment