Masa-masa dulu sekolah di SMA Negeri 1 banyak romansanya (KLA lagi nih), dan bila-diingat-ingat dan dibandingkan dengan keadaan sekarang, jadi lucu (sekkel kata Natua-tua).
Misalnya, setiap mata pelajaran PMP, Ibu I Ginting (sampai sekarang saya ngga' tau I itu kepanjangannnya apa), selalu mewajibkan siswa untuk menyediakan buku pelajaran wajib PMP (keluaran DepDikBud), kalau tidak, akan dikeluarkan dan lebih konyolnya akan dihajar dulu, (duh tahe, malunya, udah seumuran kelas 3 esema, tapi tetap aja praktek dipukul di depan teman-teman masih harus diterima).
Sebenarnya bisa gampang, buku itu tersedia di Perpustakaan Sekolah yang letaknya di belakang Gedung Laboratorium Guru. Tapi tunggu dulu, tidak semudah itu, kemungkinan besar saya tidak akan kebagian, karena copy-an buku itu sangat terbatas jumlahnya dan,... yang pasti teman-teman lain sudah meminjam duluan.
Cara lain, yaitu dengan meminjam ke teman-teman yang sudah memiliki buku tersebut, tidak tahu mereka membeli sendiri atau,.. meminjam juga dari Perpustakaan.
Ada juga cara yang lebih terhormat: dengan membeli Buku itu di pasar gelap, lho koq gelap? Iya mestinya buku itu tidak diperjualbelikan, tapi pengalaman saya sesudah mahasiswa, buku sejienis bisa ditemukan di Titi Gantung, Medan.
Kalo saya biasanya meminjam buku sejenis ke teman saya (masih ingat lho), Esni Naibaho yang rumahnya di Jl. Trikora, dekat billiard. Saya tidak tahu kabar temanku itu sekarang. Ngga' yakin apa dia masih mengingat saya, atau tahu namaku.
Tapi sekilas saya coba untuk "search" pake jejaring sosial ini, dia kerja di BCA, Pekanbaru, Riau. Terus, koq matanya makin cipit aja?
"Apa kabar Esni, saya pinjam lagi Buku PMP buat mata pelajaran besok."
Setiap tiba jam Mata Pelajaran tersebut, selalu saja ada teman-teman yang terjaring, dipanggil satu-satu ke depan, di suruh keluar ruangan dan kalo Ibu I Ginting lagi mood, bakalan dapat tamparan.
Tidak tahu, apakah sekarang keadan seperti itu masih terjadi di almamaterku itu.
Sudah dulu, 20 menit waktu istirahatku sudah terpake untuk menyusun cerita memori ini.
Wednesday, May 30, 2012
Buku Wajib PMP
Friday, January 13, 2012
Database Alumni 93
Berikut adalah tabel list alumni SMA Negeri 1 Sidikalang Lulusan 93.
Bagi teman-teman yang memiliki data yang lebih lengkap atau mau mengoreksi atau melengkapi data di tabel tersebut di atas, terutama kolom "kota domisili", bisa menghubungi saya.
Terima kasih.
Detail......Temu Kangen (Continuous...)
setelah sebagian besar hadir, maka kamipun makan bersama.
Pertemuan ini bukan cuma sampai disini, tapi adalah awal dari rencana besar.
Tanpa bermaksud untuk ikut-ikutan atau gagah-gagahan, kami merencanakan untuk mengadakan reuni alumni angkatan 93. Mengapa hanya alumni lulusan 93? Karena dirasa satu agkatan inilah yang punya ikatan emasional hampir sama, dan me-manage satu angkatan lulusan adalah paling rasional dibanding menyelenggarakan reuni besar lintas angkatan lulusan.
Teman-teman mengusulkan beberapa saran, seperti tempat reuni, waktu reuni, kegiatan pengisi reuni dll. Semua itu perlu dimatangkan di forum yang lebih besar.
Makanan sudah hampir dingin dan teman-teman sudah pada kenyang. Makanan masih banyak sisa, karena memang makanan dipersiapan dipesan untuk tamu yang lebih banyak.
Tidak terasa sudah jam 22:30, serasa waktu masih sore hari.
Tapi sbelum bubar, dan pulang, kami berpose bersama sejenak.
Meja kosong ditinggalkan, dan kamipun pulang ke rumah masing-masing membawa kisah, dan kesan (yang saya yakin) sama.
Detail......Monday, January 9, 2012
Temu Kangen
Ternyata sentimen kesamaan persepsi sejarah basi "Alumni SMA Negeri 1 Sidikalang" masih efektif untuk memanggil dan mengundang kami teman-teman lama untuk berkumpul di suatu suatu waktu di suatu tempat di Jakarta ini. Kami kebetulan adalah alumni sekola SLTA tua di Sidikalang, pada retang waktu tertentu.
Sore itu kami sepakat untuk berkumpul, temu kangen, makan bersama, entah apapun namanya, ngga’ terlalu penting di suatu tempat di bilangan Mal Kelapa Gading.
Tidak banyak agenda, tidak banyak perencanaan dan janji-janji, akhirnya kami 11 orang+plus anggota keluarga yang dibawa, bisa bertemu, berkumpul, makan malam bersama di restoran itu.
Sore itu cuaca agak mendung, kurang bersahabat, sewaktu-waktu hujan bisa turun dan mengganggu perjalanan. Tapi dengan motivasi yang kuat, aku memutuskan untuk hadir di acara ngumpul-ngumpul itu.
Benar, mendekati tempat yang disepakati, kami sedikit terkena hujan, tapi tidak basah kuyup. Tempat yang dimaksud tidak susah ditemukan. Jam 18-an aku dan istri sampai di tempat tujuan, aku agak ragu, apa benar ini tempat yang dimaksud di sms itu, karena tempat itu begitu sepi, tidak ada kerumunan dan perkumpulan.
Saya tanya ke stewardess, “Mas, ada ngga orang yang mesan tempat ini atas nama X?”
“O iya ada, itu orangnya.” jawabnya dengan pasti.
Aku menoleh ke ruang lesehan di sebelah kiri tak jauh dari pintu masuk, benar Heddyana dan suaminya sudah menunggu, tapi… “Mana yang lain” aku bertanya dalam hati. Aku melihat jam tangan sudah jam 18 lewat 10 menit, artinya sudah terlambat 10 menit dari waktu yang disepakati.
Hujan turun makin deras, untung aku dan istriku tiba lebih awal di tempat ini, kalau tidak, bisa-bisa kami basah kuyup diguyur hujan, karena kami memang berangkat menggunakan motor.
Masih menunggu teman-teman yang lain sementara berbagai jenis makanan,spt. nasi, daging, sate,ikan bakar, sop iga dll yang dipesan sudah terhidang di atas meja.
Aku antusias menunggu teman lama yang sudah tidak aku lihat sejak 18 tahun yang lalu. “Bagaimanakah mereka, pastilah sudah pada sukses, hebat, kaya dll” pikirku dalam hati.
Bila semua hadir sesuai yang direncanakan, maka ini adalah temu pangen terbesar sejak 3 tahun yang lalu pada temu kangen sejenis di rumah teman di suatu perumahan di Bilangan Taman Galaksi Bekasi.
Teman-teman datang satu persatu, sampai pada jam 1930-an, kami ber-11 hadir di tempat ini, berikut adalah list kehadiran:
Sebagian besar teman-teman yang dijadwalkan datang pada acara ini, hanya ada beberapa yang tidak bisa datang, seperti Salomo Panjaitan.
(bersambung…)