Thursday, September 25, 2008

Menelusuri sejarah berdirinya IMADA

Gagasan mengenai perkumpulan mahasiswa dan pemuda asal sidikalang sebenarnya sudah sejak lama bergulir. Menurut sumber yang pernah ditemui penulis, di tahun 90-an sudah ada perkumpulan mahasiswa asal Dairi yang mencakup seluruh universitas di Medan, HIMDASU namanya. Namun pada perjalanannya HIMDASU hanya muncul secara temporer. Para penggagas muncul, bertemu dan berkumpul membuat acara biasanya menjelang ahir tahun. Perkumpulan ini biasanya muncul berdasarkan lokasi, baik lingkungan kampus maupun perkumpulan "parsahutaon" sampai kumpulan alumni SMA. Setelah acara Natal dan acara Tahun Baru -an selesai biasanya beberapa bulan setelahnya di susul dengan adanya pembubaran panitia, demikian halnya dengan perkumpulan HIMDASU tersebut ahirnya bubar dengan sendirinya. Alasannya selalu menyangkut pertanggungjawaban keuangan yang tidak jelas. Kondisi ini berlangsung terus -menerus dari generasi ke generasi.



Sejarah terbentuknya IMADA sesungguhnya masih terdiri dari banyak versi. Pada hakikatnya organisasi dikatakan sah berdiri pada saat proklamasi/ Preambule Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikukuhkan dihadapan anggotanya.

Sepanjang ingatan penulis pada tahun 1997 ( berhubung penulis menjadi mahasiswa mulai tahun 1997-red) ide untuk membentuk suatu organisasi yang menyatukan mahasiswa dan pemuda asal Dairi tercetus pada saat pembentukan panitia Natal mahasiswa Kristen asal Sidikalang di kediaman sdr. Santhy Situngkir FP'96 (Kel Bp. Ir. BSC Situngkir) di Gaperta. Pada saat itu oleh senior-senior antara lain Sdr. Budi Tampubolon FH'92, Jekson Simanjuntak FT 93, Bontor Pakpahan FT'93, Sdr. Duatjon Martin Lbn Tobing FP'92, Fritz Tampubolon FT'95 di dalam rapat telah mengeluarkan pendapat untuk menyatukan pelaksanaan perayaan Natal Mahasiswa asal DAIRI. Tetapi dalam rapat tersebut ide tersebut tidak berkembang mengingat yang hadir sebahagian besar hanya mahasiswa USU beragama Kristen. Sehingga disepakati menyelenggarakan perayaan Natal mahasiswa asal Sidikalang yang mana sdr. Fritz Tampubolon FT'95 terpilih sebagai Ketua Panitia Natal.

Demikianlah perayaan Natal Mahasiswa asal Sidikalang bertempat di GKPI Jl. Putri Lopian tahun 1997 tersebut berlangsung sukses meskipun pada hari berdekatan juga berlangsung acara perayaan Natal mahasiswa Asal Dairi yang kuliah di UHN dan Unika.

Kondisi ini cenderung menimbulkan pertanyaan dari masyarakat Sidikalang terutama para orangtua yang direpotkan dengan banyaknya undangan beserta proposal perayaan natal mahasiswa dan pemuda setempat. Kondisi ini terjadi karena fanatisme kampus yang membuat sulitnya mempertemukan antara mahasiswa USU dengan mahasiswa dari UHN Medan maupun Unika st. Thomas Medan.

Tahun 1998 diwarnai fenomena Gerakan Mahasiswa dalam wacana sosial politik Indonesia. Tidak terkecuali di kampus-kampus di Medan Aksi-aksi demontrasi berlangsung sporadis. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak mahasiswa asal Dairi secara pribadi melibatkan diri dalam aksi mahasiswa. Pasca Jatuhnya Rezim Soeharto setelah Mei 1998 Gerakan Mahasiswa seolah berubah kiblatnya dari "aksi jalanan" ke Gerakan pembangunan organisasi. Ditandai dengan mulai munculnya Kelompok Study (KSMM/Gema Prodem, dll), Organisasi Cipayung (HMI, GMNI, GMKI, PMKRI) sibuk dengan kaderisasinya, demikian juga munculnya LMND, AGRESU. Demikian juga munculnya berbagai LSM dan organisasi kedaerahan seperti IMATAPSEL, HIMAPSI (Simalungan), IMKA Ersinalsal (Karo) dan lain-lain. Pada zaman ini semakin banyak mahasiswa yang aktif berorganisasi.

Eksistensi IMADA USU sebagai organisasi kembali dibahas pada pertemuan pembentukan Panitia Natal mahasiswa USU asal Sidikalang pada akhir Agustus 1998, bertempat di kediaman sdr. Anneke Sembiring FE'96 di Pasar 7 P. Bulan. Beberapa mahasiswa yang saat itu aktif di organisasi seperti Sdr. Bantu Maspon Habeahan (FE'96 GMNI) yang sebelumnya diberi mandat oleh senioren menjadi penanggung jawab pendirian IMADA-USU, Sdr. Jekson Marbun (FMIPA'98, Intra kampus), sdr. Fritz Tp. Bolon FT'95, James Siahaan (AK'97), Mahir Pakpahan (FE'97, GMKI), Sdr Sanjesti Lee FMIPA'96, sdr. Marinus Pasaribu FMIPA'95 dan beberapa mahasiswa lain yang tidak dikenal oleh penulis berdebat mengenai perlu tidaknya mengadakan perayaan Natal. Ide pembentukan dan pengukuhan organisasi mahasiswa asal Dairi kembali bergulir. Tetapi oleh karena suara terbanyak dari 40-an peserta hanya menginginkan bahwa perayaan Natal menjadi satu-satunya langkah konkrit sesuai kondisi saat itu untuk menghimpun mahasiswa asal Dairi. Maka terpilihlah sdr. Mahir R. Pakpahan FE'97 sebagai Ketua Panitia Natal. Adapun nama perayaan disepakati Perayaan Natal IMADA-USU. Nama ini dipilih dengan pertimbangan bahwa pada saat itu HIMPADA- Nommensen dan IMASI- Unika tidak mau bergabung.

Dalam perjalanan persiapan Perayaan Natal IMADA-USU wacana pembentukan organisasi resmi semakin berkembang. Hal ini diperkuat dengan munculnya tanggapan para senior, orangtua dan donatur yang cenderung sinis mengharapkan perlunya penyederhanaan kesatuan mahasiswa dalam menyelenggarakan perayaan - perayaan. Bupati Dairi pada saat itu Bp. SIS Sihotang dengan penuh semangat mengarahkan pemakaian Mess Pemda Dairi yang beralamat di Psr.6 P. Bulan sebagai tempat latihan Natal dan Posko Persiapan Pembentukan organisasi IMADA. Dalam satu audiensi dengan Bupati DAIRI di Mess Pemda saat itu Bp. SIS Sihotang banyak bercerita mengenai pentingnya pengalaman berorganisasi ketika di bangku perkuliahan dan bagaimana beliau kagum melihat perkembangan organisasi KMP3D di Bandung.

Pasca pembubaran panitia Natal IMADA-USU kurun waktu Januari- Mei 1999 beberapa mahasiswa yang masih peduli untuk pendirian IMADA berupaya mengadakan pertemuan di kos-kosan pasar 1. Tercatat Sdr. Jekson Marbun (FMIPA'96), Sdr. Sanjesti Lee (FMIPA'96), Sdr. Bantu Maspon (FE'96), Sdr. James Siahaan AK'97 beberapa kali mengadakan pertemuan di kosan Sdr. Mahir Pakpahan (EP'97) di JG 411. Tidak jarang juga pertemuan melibatkan adik-adik yang lebih junior yaitu sdr. Andi Ginting (MNJ'99) dan Sdr. Richard Naibaho (FT'99) dan Alex 'FISIP'00. Persoalan mendasar pada masa itu adalah sulitnya menyatukan persepsi mengenai cakupan IMADA yang meliputi Mahasiswa, Pelajar dan Pemuda asal Dairi. Demikian halnya dengan ide untuk meleburkan HIMPADA-Nommensen yang cenderung mendapat penolakan dari tokoh-tokoh seniornya (Sdr. Mangatur Aruan cs, Angkatan '96) dan teman-teman IMASI Unika (Sdr. Oriza Cs Angkatan 96). Lobi-lobi dan pertemuan yang dilakukan selalu berbuah penolakan. Alasan yang dikemukakan adalah pengalaman buruk masa lalu dalam hal dominasi dan kerumitan dalam manajemen keuangan. Komunikasi dengan organisasi pemuda dan Mahasiswa di Bandung KMP3D (Sdr. Domian Simanjuntak ITB'96) juga telah diupayakan tetapi tidak banyak hasil yang diharapkan.

Kendala lain adalah sulitnya mengumpulkan anggota dari mahasiswa USU sekalipun untuk pertemuan membahas Anggaran Dasar. Sehingga sampai adanya pergantian pengurus IMADA sendiri belum memiliki AD/ART yang baku. Organisasi IMADA berjalan tanpa pondasi aturan yang mapan. Inilah yang menjadi pergumulan panjang dalam rangka mewujudkan IMADA sebagai organisasi yang sah. Meskipun demikian para pengurus selalu berusaha mengadakan kegiatan dalam rangka menghimpun anggota. Salah satu aktivitas IMADA yang cukup berpengaruh adalah ketika mengadakan Aksi Orasi pengumpulan dana untuk korban tanah longsor di Salak pada bulan Agustus 2001 di Bundaran SIB Medan. Ketika itu IMADA berhasil mengajak teman-teman dari mahasiswa Unika dan ITM dan Darma Agung bergabung dalam aksi solidaritas tersebut dalam FORMASU (Forum Mahasiswa DAIRI). Aksi ini juga mengundang simpaty dari tokoh mahasiswa asal DAIRI yang aktif di berbagai organisasi mahasiswa untuk ikut bergabung antara lain sdr. Halim Lbn Batu FS'96 (Gema Prodem), Judith R. Napitu (FISIP'96) dan Maria Malau FE'00(GMKI Medan). Buah dari Aksi solidaritas ini pada bulan April 2001 digagas aliansi yang tergabung dalam nama HIMDASU diketuai oleh sdr. Halim Lumbanbatu. Harapan akan terbentuknya organisasi yang menyatukan seluruh mahasiswa asal DAIRI seolah di depan mata.

Aksi FORMASU-HIMDASU dalam penyaluran bantuan kepada korban bencana tanah longsor di Salak DAIRI sebenarnya cukup berhasil dan mendapat apresiasi yang positif dari masyarakat dan Pemda Dairi. Hanya saja dalam rencana program aksi selanjutnya yaitu aksi penghijauan dengan penanaman Pohon menemui kendala akibat tidak adanya konsistensi masing-masing elemen mahasiswa asal DAIRI. Sehingga lambat laun HIMDASU bubar tidak jelas beritanya.

Pasca ketidakjelasan HIMDASU akhirnya beberapa teman asal DAIRI mengambil kesimpulan untuk kembali membenahi IMADA dengan menuntaskan pembahasan mengenai Anggaran Dasar. Proses pengumpulan anggota masih menjadi kendala. Pada kurun waktu ini kembali kegiatan IMADA hanya temporer pada saat Natal. Meskipun tetap diadakan pembenahan dengan penuh kesabaran. Prinsip yang dipegang adalah IMADA akan berdiri dengan tetap menghargai keberadaan organisasi serupa yang telah berdiri di tempat lain. IMADA tetap terbuka untuk seluruh Mahasiswa Asal DAIRI dengan satu cita-cita pada waktu itu IMADA menjadi suatu organisasi ataupun lembaga yang benar-benar bermanfaat kepada kadernya. Harapan para pengurus adalah nantinya IMADA dapat eksis berkesinambungan menjadi wadah berkreasi para mahasiswa asal DAIRI dalam menyikapi perkembangan sosial masyarakat DAIRI.

Demikianlah sampai pada hari Minggu tanggal 20 Oktober 2002 di rumah salah satu anggota di Simalingkar diadakan pertemuan sekaligus pengukuhan AD/ART IMADA untuk pertama kalinya. Saat itu terpilih sdr. Alex dari FISIP USU sebagai Ketua IMADA. Jadi dapat dikatakan bahwa secara resmi pengukuhan IMADA adalah Oktober 2002. Seiring waktu berjalan orang datang dan pergi dari IMADA, begitupun memori dan catatan perjalanan organisasinya. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan aktivis dan pengurus IMADA saat ini dapat disyukuri bahwa IMADA masih ada dan layak dipertahankan. Demikian dari saya. Semoga Bermanfaat.Horas...Mejuah-juah...

Koreksi dan saran ke: mahir.pakpahan@yahoo.com.